Pengalaman Mencari Pekerjaan Sesudah Lulus Sekolah

Sebelumnya saya memohon maaf apabila kisah yang disajikan di sini masih banyak kekurangannya dan ada ketidakakuratan dengan apa yang bergotong-royong terjadi atau dialami oleh Admin, alasannya ialah memang pengalaman ini sudah cukup usang berlalu, sehingga mengakibatkan Admin agak sedikit lupa dan cukup banyak hal yang terjadi, mulai dari planning setelah kelulusan, mencari lowongan kerja, melamar pekerjaan, menemukan perusahaan abal-abal, kerja di luar kota yang hanya sebentar, test masuk kerja hingga kegiatan dalam bekerja. Nah, pribadi saja.
Rencana kerja
Pengalaman ini dimulai ketika saya sudah lulus dari Sekolah Menengah kejuruan (Sekolah Menengah Kejuruan) swasta di Bandung pada tahun 2015. Saya lulus sebagai siswa jurusan Rekayasa Perangkat Lunak atau biasa disingkat RPL dengan nilai yang biasa saja. Jujur, setelah saya lulus SMK, saya merasa ilmu yang saya pelajari di Sekolah Menengah kejuruan masih banyak kekurangan dan masih banyak yang tidak saya mengerti, ditambah dengan diri saya yang merasa dan berpikir saya salah mengambil jurusan ini (RPL) dan tidak cocok dengannya, alasannya ialah memang saya sering kali kurang berangasan atau tidak ada hasrat/keinginan untuk lebih mempelajari jurusan saya ini (sekedar memenuhi perintah akan kiprah sekolah dan demi untuk lulus ujian saja). Ditambah dengan diri saya yang sudah merasa bosan dam malas mencar ilmu di sekolah dengan bermacam-macam macam pelajaran yang saya rasa terlalu banyak untuk dipelajari dan sistem belajarnya pun hampir semuanya terlalu banyak menghafal dan monoton, apalagi kebanyakan pelajarannya di luar bidang jurusan RPL. Selain itu, pelajaran di bidang jurusan yang saya ambil pun tidak begitu sering mencar ilmu praktek dan masih kurang materi.
Setelah saya lulus dari SMK, saya merencanakan untuk bekerja dan mungkin menunda terlebih dahulu untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan atau dunia perkuliahan, mengingat saya merasa terlalu banyak membebankan biaya pada orang tua. Selain itu, saya juga merencanakan untuk bekerja dahulu kemudian nantinya akan dibarengi dengan kuliah (bekerja sambil kuliah), alasannya ialah pada ketika itu saya juga memang merasa bosan dan malas untuk mencar ilmu secara formal dan ingin mencicipi dunia kerja terlebih dahulu yang memang sudah saya impi-impikan atau saya damba-dambakan sejak saya masih duduk di dingklik SD (Sekolah Dasar).
Nah, (sedikit flash back) memang sedari saya masih SD (Sekolah Dasar), saya sudah ingin mencicipi dunia kerja, sering membayangkan kerja kantoran yang sistem kerjanya hanya duduk sambil mengoperasikan komputer yang tampaknya gampang dan menyenangkan dan saya tidak memikirkan sulitnya pekerjaan menyerupai itu dan tidak memikirkan sulitnya mencari dan mendapatkan pekerjaan.
Mencari lowongan kerja
Mengingat kerja kantoran menyerupai bayangan saya sewaktu SD tidaklah gampang dan tampaknya mempunyai syarat yang tinggi, maka saya pun tidak terlalu mengharapkan pekerjaan menyerupai itu dan bertekad mencoba pekerjaan apapun yang tentunya baik dan menarik. Setelah saya merencanakan tujuan itu, kemudian saya mulai mencari pekerjaan yang baik dan menarik melalui internet tepatnya melaui mesin pencari Google, sesekali melalui siaran radio yang biasa diputar oleh ibu saya dan melalui koran terbitan hari sabtu, semua itu hampir di bantu oleh ibu saya. Selain itu saya sesekali menanyakan kepada sahabat dekat, sahabat sekolah satu angkatan di SMK, sahabat satu kelas dan sahabat dekat saya di Sekolah Menengah kejuruan yang ingin melanjutkan ke dunia kerja dan akan melamar. Selain itu, ibu saya pun banyak menanyakan info lowongan pekerjaan kepada keluarga saya yang terdiri dari paman dan bibi yang merupakan adik-adik kandung dari ibu saya. Lalu kepada orang yang ia (ibu saya) kenal maupun pada teman-temannya. Tak lupa, kedua kakak saya pun (khususnya kakak laki-laki yang masih bekerja di bidang komputer sebagai pengajar dan teknisi komputer di suatu perusahaan) banyak memperlihatkan saran.
Dari sekian banyak informasi yang saya sanggup dari semua itu, saya merasa tidak ada info lowongan kerja yang cocok untuk saya, namun terkadang saya (dengan tunjangan ibu saya) mencoba menghubungi ke sebuah kantor atau perusahaan yang membutuhkan karyawan di pecahan admin melalui koran, yang pada balasannya tak kunjung saya dapatkan alasannya ialah ada syarat yang tidak terpenuhi atau alasannya ialah ada hal yang tidak cocok untuk saya pribadi menyerupai lokasi yang jauh dan lain-lain. Lalu saya pun pernah mencoba untuk menitipkan lamaran kerja ke sebuah pabrik kancing yang saya dapati dari paman saya, namun tak kunjung ada panggilan. Kemudian saya tetap mencari info lowongan pekerjaan dan sesekali pergi untuk surpey dan menyiapkan surat lamaran pekerjaan.
Tinggal untuk bekerja di luar kota
Setelah hal itu berlangsung beberapa bulan, tepatnya bulan agustus 2015 pada tanggal 17, alasannya ialah tak kunjung menerima pekerjaan, maka saya memutuskan untuk pergi dari Bandung ke Jakarta pada tanggal 18 agustusnya untuk memenuhi saran dari kakak perempuan saya yang merupakan ibu rumah tangga, untuk bekerja di sebuah restoran jepang yang dikelola oleh paman dari kakak ipar atau suami dari kakak perempuan saya tersebut dan saya akan mulai bekerja keesokan harinya (tanggal 19 agustus). Meski begitu saya akan bekerja sebagai steward, yaitu seorang yang akan mengurus kebersihan dapur maupun alat-alat pendukung untuk menyajikan kuliner pada konsumen, menyerupai piring, mangkuk, sendok, gelas dan alat-alat lain yang hampir semuanya bergaya khas jepang. Mengingat saya merupakan tipe orang yang agak pemalas pada waktu itu, mendengar saya akan bekerja sebagai steward, tidak menciptakan tekad saya untuk bekerja melemah, bahkan saya ingin segera mencobanya dan mencicipi dunia kerja di restoran jepang tersebut.
Sebelumnya, pada malam tanggal 18 agustus saya diberi petuah atau pesan tersirat oleh kakak ipar saya mengenai pekerjaan dan juga motivasi-motivasi untuk saya, biar saya semangat dalam bekerja esok harinya. Restoran jepang tempat saya akan bekerja nantinya, terletak di Jakarta Selatan, sedangkan saya tinggal bersama kakak saya di Jakarta Timut, dengan demikian (lokasinya jauh), maka saya direkomendasikan oleh kakak perempuan saya maupun suaminya untuk tinggal di Jakarta Selatan, di sebuah rumah kost bersama adik-adik nomor 3 dan 4 dari kakak ipar saya yang juga bekerja di restoran jepang tersebut.
Keesokan harinya (tanggal 19 agustus), sekitar pukul 9 pagi saya pribadi di antar menuju rumah adik nomor 1 dari kakak ipar saya yang terletak di kawasan lain di Jakarta Timur untuk mengantarkan saya ke tempat kost dari adik nomor 2 dan 3-nya yang berada di Jakarta Selatan. Sebenarnya adik nomor 1 dari kakak ipar saya bekerja juga di restoran jepang tempat saya akan bekerja nantinya, di Jakarta Selatan. Namun alasannya ialah ia (adik nomor 1 tersebut) sudah berkeluarga atau sudah mempunyai istri dan anak, maka saya tidak sanggup tinggal bersama ia untuk ikut pergi bekerja. Selain itu, bekerja di restoran jepang juga ada pembagian waktu kerjannya, yaitu waktu pagi dimulai dari jam 09.00 - 17.00, waktu middle dimulai dari jam 11.00 - 19.00 dan waktu siang dimulai dari 14.00 - 22.00, sehingga jikalau bekerja pun kita tidak sanggup selalu satu shift atau satu waktu. Dengan demikian saya tinggal bersama 2 adik lainnya (adik nomor 2 dan 3 dari kakak ipar saya) yang masih single (belum menikah) dan biar mencicipi kebersamaan antar kita.
Setelah hingga mengantarkan saya, adik nomor 1 dari kakak ipar saya pribadi pamit pergi entah kemana dan saya kemudian beristirahat sejenak di tempat kost di Jakarta Selatan bersama adik nomor 2 dari kakak ipar saya, sedangkan adik nomor 3 sedang bekerja shift pagi. Kami berdua akan memulai bekerja di restoran jepang tersebut pada siang harinya (shift siang pada pukul 2) dan kami akan bekerja satu shift dalam beberapa hari di mulai pada tanggal 19 agustus, sehingga saya pun sanggup mempelajari jalan pergi dan pulang nantinya.
Awal bekerja di restoran jepang yang hanya 2 minggu
Restoran jepang tempat saya bekerja, ternyata mempunyai 2 cabang. Ada yang letaknya tidak terlalu jauh dengan tempat kost dan ada yang cukup jauh. Pada ketika itu, saya ditempatkan di cabang yang cukup jauh, bergabung bersama adik nomor 2 dari kakak ipar saya. Sedangkan paman, adik nomor 1 dan 3 dari kakak ipar saya bekerja di cabang yang tidak terlalu jauh dari tempat kost di mana tempat saya, adik nomor 2 dan 3 tinggal. Restoran yang tidak terlalu jauh dari tempat kost, berada di halaman bawah sebuah gedung, sedangkan tempat saya bekerja berada di dalam sebuah mall besar di Jakarta Selatan yang terletak di lantai atas (sekitar lantai 5) mall tersebut.
Awal mula saya bekerja, saya pribadi membersihkan piring, mangkuk, gelas dan alat makan dan minum lainnya bekas konsumen menyantap hidangan. Pekerjaan saya dibantu dan diberi isyarat pribadi oleh adik nomor 2 dari kakak ipar saya, sambil berkenalan dengan orang-orang di sana yang sedang bekerja juga (ada yang menjabat sebagai koki, asistennya dan lain sebagainya, sekitar 6 orang termasuk saya dan adik nomor 2 dari kakak ipar saya) yang berada di dapur pada ketika itu melalui komunikasi dan sesekali sempat berjabat tangan.
Awalnya saya bersemangat bekerja, namun lambat laun saya mulai bosan dan tidak semangat. Meski begitu, saya tetap menjalankan kiprah saya hingga waktu pulang tiba. Di sana saya mendapatkan jatah makan 1 kali makan nasi beserta lauknya yang sudah dikemas dalam suatu wadah menyerupai sterofoam, meski begitu makanannya pun tidak jauh dari kuliner khas Indonesia. Selain sanggup jatah makan, saya pun menerima waktu istirahat 1 jam di luar ruangan yang biasa dipakai di basemant gedung mall tersebut. Selain mencuci dan menjaga kebersihan alat dan dapur, setiap waktu akan memasuki jam pulang , maka saya harus pergi membuang sampah di dalam dapur restoran menuju ke lantai bawah tempat pembuangan sampah memakai roda dorong melalui lift belakang mall.
Pekerjaan saya sebagai steward di restoran jepang tersebut hanya berlangsung sekitar 2 mingguan saja, alasannya ialah saya merasa sudah tidak berpengaruh lagi untuk bekerja di sana. Sedih alasannya ialah lelah, sedih merasa terasingkan, sedih jauh dari keluarga dekat (seperti kehilangan support, meski seringkali orang bau tanah menelpon), tempat kerja yang menyerupai penjara alasannya ialah tidak ada jendela atau beling yang memperlihatkan dunia luar, rindu kota Bandung yang terasa sudah menempel di hati saya, merasa hidup hanya untuk bekerja, ditambah alasan-alasan menyerupai orang bau tanah yang khawatir dan sering sedih dan juga menangisi ketiadaan saya di rumah, itu semua menjadi keputusan saya untuk berhenti bekerja di restoran tersebut dan kembali lagi ke Bandung.
Kembali ke Bandung dan mencari lowongan kerja
Setelah saya kembali dari Jakarta ke Bandung dan melepas kesedihan serta kerinduan yang hinggap di dalam diri saya, maka saya mengambil waktu istirahat beberapa hari untuk menenangkan diri dan sesekali mengantar-jemput ibu saya yang mulai bekerja di sebuah salon di Bandung. Lalu saya mulai mencari lagi info lowongan kerja dan mendapati sebuah perusahaan yang membuka lowongan kerja sebagai Admin. Lalu saya pun mulai mempersiapkan lagi surat lamaran dan mulai melamar pada esoknya.
Tertipu oleh perusahaan abal-abal yang bergerak di bidang MLM
Keesokan harinya, saya pun mendatangi tempat di mana lowongan kerja tersebut berada. Letaknya di pinggir jalan raya besar di kota Bandung. Meski begitu, lokasinya tidak begitu besar (kira-kira hanya sebesar rumah biasa saja namun tampaknya menyerupai kantor). Saya pun masuk ke dalamnya dan disambut oleh seseorang disana dan ia meminta surat lamaran kerja yang saya bawa. Kemudian, tak berapa usang saya pun di panggil oleh seseorang yang lain yang ada di sana untuk melaksanakan interview. Saat itu, saya pribadi dihujani aneka macam macam pertanyaan yang kurang saya pahami dan tidak saya ingat, alasannya ialah pada ketika itu saya masih belum mengerti (karena masih agak polos) dan ia berbicara dengan terlalu formal dan cepat, hingga saya pun agak kebingungan menjawab pertanyaannya dan sesekali meminta untuk diulang pertanyaannya.
Yang saya ingat ialah ketika ia bilang akan memperkerjakan saya sebagai admin di sebuah supermarket terkemuka di Bandung dan juga ia memberitahukan wacana kasus honor dan tunjangan yang akan saya dapatkan. Namun setelah ia menjelaskan hal itu, ia pribadi meminta sejumlah uang sekitar 1,2 juta untuk biaya seragam dan lainnya. Saya pun kemudian tidak menyanggupi hal itu, namun ia memperlihatkan dispensasi kepada saya untuk membayar berapapun uang yang saya punya dan membayar sisanya paling lambat 1 minggu. Saya pun dengan polosnya memperlihatkan uang rp. 100.000 (seratus ribu rupiah). Kemudian setelah itu saya diberi surat bukti pembayaran yang sudah diberi amplop dan saya diperintah untuk menanda tangani sebuah surat yang isinya ialah persetujuan kerja.
Kemudian setelahnya, saya pun pulang dari tempat tersebut. Merasa ada yang kurang yummy dan agak asing dengan insiden yang gres saya alami di tempat tadi, saya pun mengadu pada ibu saya dan ibu saya pun merespon aduan saya dengan ekspresi dan pernyataan keheranan dan ia meminta saya untuk kembali ke tempat itu besoknya dan membatalkan persetujuan kerja di tempat itu.
Esoknya saya pun kembali ke tempat tersebut dan menemui orang yang menginterview saya kemarin. Setelah bertemu dengan orang tereebut, saya pun pribadi berbicara bahwa saya memutuskan untuk tidak melanjutkan atau membatalkan persetujuan kerja. Awalnya ia menyerupai menolak untuk membatalkan persetujuan kerja, namun pada ketika saya memperlihatkan alasan bahwa saya tidak menyanggupi pembayaran sisa untuk biaya kerja tersebut, maka ia pun tidak menyerupai menolak peniadaan kerja dan meng-iya-kan pwmbatalan kerja san saya pun pribadi pergi dari tempat itu.
Sedikit membahas soal perusahaan abal-abal tersebut, ternyata setelah saya mencoba melamar ke tempat tersebut sekitar 1 hingga 2 bulan yang kemudian (pada ketika itu), tempat tersebut telah kosong atau tempat itu sudah tidak ada penghuninya lagi dengan bukti dituliskannya via spanduk di luar tempat tersebut bahwa tempat tersebut disewakan hub 08xxxxxxxxx. Sehingga saya meragukan bahwa perusahaan yang menempati tempat itu merupakan perusahaan abal-abal. Selain itu, saya pun sempat melihat program televisi yang menayangkan wacana pemeriksaan perusahaan abal-abal tersebut, di mana perusahaan tersebut mempunyai cukup banyak jaringan dan korban yang melamar ke perusahaan tersebut pun sama kasusnya dengan apa yang saya alami, menyerupai dimintai uang dan sebagainya. Apabila dipekerjakan pun, berbeda dengan apa yang mereka janjikan, sang pelamar yang menjadi korban pun hanya akan menjadi admin di perusahaan tersebut untuk mendapatkan dan mendaftar korban gres lagi.
Bertemu sahabat satu Sekolah Menengah kejuruan dan tolong-menolong melamar kerja ke sebuah pabrik
Setelah insiden itu, saya pun berusaha lagi mencari lowongan kerja yang benar-benar membutuhkan tenaga kerja dan tanpa biaya, namun hasilnya nihil. Namun, setelah banyak menjelajahi media umum dan sebuah aplikasi chatting di handpon, saya pun mendapati 3 orang sahabat satu sekolah di Sekolah Menengah kejuruan yang juga ingin melamar pekerjaan. Dengan mereka, saya mencoba melamar ke salah satu pabrik besar di Bandung yang sedang membutuhkan pelengkap karyawan, melalui info dari sahabat sekolah di Sekolah Menengah kejuruan lainnya yang sudah bekerja di pabrik tersebut. Sebelumnya kami ber-4 diberi tahu mengenai beberapa tahap dan tingkatan test yang akan dijalani, syarat-syarat lamaran dan waktu pelaksanaan test. Setelah mengetahui persiapan-persiapannya, pada suatu hari kami ber-4 pun pribadi menuju ke pabrik tersebut dan berdiam diri di halaman yang panjang dan cukup luas sekitar pukul setengah 8 pagi.
Menghadapi persiapan test dan mengikuti test kerja
Lalu setelah memasuki pukul 8 pagi, kami ber-4 dan semua calon pelamar kerja lainnya yang berjumlah sekitar 100 orang dikumpulkan secara berbaris di halaman tersebut oleh beberapa HRD (personalia) dan akan mulai menjalani persiapan test kerja. Setelah siap, salah seorang HRD pabrik tersebut meminta kepada kami semua (calon pelamar) untuk mengumpulkan surat lamaran ke tempat yang telah di tentukan. Di sana kami diseleksi (dipilih) berdasarkan usia (yakni minimal harus 18 tahun), tinggi tubuh minimal 165 untuk laki-laki dan 140 sekian untuk perempuan dan calon pelamar harus belum pernah mengikuti test sebelumnya atau belum pernah gagal mengikuti test di pabrik itu sebelumnya.
Ketika itu, banyak dari calon pelamar yang tidak lolos dan kebanyakan dari alasan mereka tidak lolos ialah alasannya ialah sudah pernah mengikuti test di pabrik tersebut sebelumnya dan gagal. Salah satu dari ketiga sahabat saya pun tidak lolos dalam seleksi persiapan test masuk kerja alasannya ialah usianya yang masih kurang dari 18 tahun, yakni 17 tahun. Sehingga ia pergi dan menunggu kami di tempat dimana kami memarkirkan kendaraan kami, yaitu di lahan sebelah pabrik tersebut. Dengan kondisi yang agak sedih alasannya ialah sahabat kami tidak lolos persiapan test itu, kami bertiga pun tetap melanjutkan tahapan test di lokasi lain di sekitar pabrik, dimana pada tahapan test ini terdapat 3 tingkatan dengan batasan waktu yang minim (sebentar).
Jumlah calon pelamar yang lolos persiapan test dan akan mengikuti test pada ketika itu berkisar antara 40 hingga 50 orang. Pada test tingkat ke 1, yaitu menemukan perbedaan kata, kami bertiga masih sanggup lolos. Pada test tingkat ke 2 pun, yaitu menghitung atau menjumlahkan hasil hitungan angka, kami bertiga masih tetap sanggup lolos tetapi cukup banyak juga yang gugur. Namun, pada test tingkat ke 3, yaitu menjumlahkan hasil pecahan, kedua sahabat saya pun gagal lolos bersamaan dengan sebagian besar calon pelamar kerja lainnya, hingga menyisakan saya bersama 2 orang lainnya yang terdiri dari 1 orang laki-laki dan 1 orang wanita. Kemudian kedua sahabat saya pun pergi menyusul sahabat saya yang pertama gagal.
Menunggu panggilan interview kerja yang tak kunjung datang
Sampai pada tahap itu, kami ber 3 sebagai orang-orang yang lolos tahapan test diberi kertas form yang isinya meminta identitas diri kita sebagai calon pelamar. Selanjutnya saya dan 1 orang laki-laki yang lolos tahapan test tersebut di bawa ke sebuah ruangan untuk diperiksa oleh salah seorang laki-laki yang merupakan penjaga pabrik tersebut untuk melihat kondisi fisik tubuh kami untuk memastikan apakah terdapat tatto dan hal-hal asing di tubuh kami ataukah tidak, dan hasilnya kami terbukti kondusif dari tatto maupun hal-hal aneh. Kemudian kami diberi tahu oleh pihak HRD untuk menunggu panggilan interview dan tiba kembali ke pabrik itu apabila dalam 2 ahad tidak ada panggilan interview. Setelah itu kami pun keluar dari pabrik itu dan saya kembali ke teman-teman saya yang gagal lolos test untuk mengabarkan hasilnya dan kembali pulang ke rumah.
Setelah 2 ahad berlalu, saya tidak juga mendapatkan panggilan untuk interview. Dengan demikian saya pun mendatangi pabrik tersebut dan menanyakan duduk kasus saya itu kepada satpam pabrik itu. Karena saya tidak mengetahui nama HRD yang menyuruh saya pada ketika itu untuk kembali lagi ke pabrik tersebut dan hanya mengetahui ciri-ciri fisiknya saja, maka saya menitipkan nomor telepon saya kepada satpam pabrik itu untuk diberikan kepada HRD yang saya sebutkan ciri-ciri fisiknya dan satpam itu meng-iya-kan. Namun setelah sekitar 1 ahad belum juga ada kabar, maka saya memutuskan untuk tidak mengharapkan sanggup bekerja di pabrik tersebut.
Kerja serabutan yang tidak berkelanjutan
Beberapa hari setelahnya, salah satu sahabat saya yang gagal mengikuti test untuk bekerja di pabrik tersebut, mengajak saya untuk bekerja serabutan atau freelance, yakni membantu katering di program kesepakatan nikah dan saya pun mendapatkan ajakannya. Pekerjaan serabutan ini, dimulai dari pagi hari sekitar pukul 7 untuk mempersiapkan acara. Saya, sahabat saya dan orang-orang katering lainnya yang cukup banyak (sekitar 12 orang) mulai mempersiapkan kuliner dan peralatan-peralatannya dan juga mempersiapkan diri untuk membantu berlangsungnya acara. Pada sekitar pukul 9 pagi, saya dengan memakai pakaian hitam-putih bersama sahabat dan beberapa orang lainnya, ikut membantu dalam memantau kondisi acara, membawakan persediaan kuliner untuk acara, membantu dalam kebersihan tempat dan mengambil alat makan yang sudah selesai dipakai oleh tamu hingga pukul 3 sore, setelah itu kami membantu beres-beres tempat dan setelah selesai, kami pun pulang.
Pekerjaan tersebut berdasarkan saya tidak terlalu berat, bayarannya pun cukup besar pada waktu itu, yakni rp. 100.000 (seratus ribu rupiah), ditambah dengan roti untuk sarapan, nasi beserta lauknya untuk makan siang dan diberi sisa-sisa kuliner jamuan yang masih layak dikonsumsi.
Pekerjaan serabutan itu pun hanya saya alami 1 kali saja, alasannya ialah pekerjaan itu biasanya hanya ada ketika pihak penyelenggara katering disewa pada program pesta pernikahan. Sebenarnya, pada waktu itu, setelah kami selesai bekerja membantu katering di program kesepakatan nikah tersebut, sahabat saya memberitahu saya bahwa akan ada pekerjaan menyerupai ini lagi keesokannya, namun pada keesokannya sahabat saya mengabari bahwa dirinya tidak sanggup ikut bekerja pada hari itu, sehingga saya pun tidak sanggup bekerja tanpa ada sahabat saya itu. Kemudian setelah kabar itu, kami menjadi putus kontak alasannya ialah sahabat saya tersebut sibuk mengurusi urusannya, sedangkan saya kembali beriatirahat di rumah sambil mencari-cari lagi info lowongan pekerjaan.
Bertemu sahabat dekat sewaktu di Sekolah Menengah kejuruan dan mencari lowongan kerja bersama
Beberapa ahad setelahnya, saya yang masih menjadi seorang pengangguran berjumpa kembali bersama salah satu sahabat dekat saya, yang merupakan sahabat satu kelas semasa SMK. Kami yang sama-sama sedang menganggur dan mempunyai satu tujuan yang sama, berinisiatif untuk mencari dan melamar kerja bersama sambil berjalan-jalan. Kami yang ketika itu mengetahui ada lowongan pekerjaan di sebuah supermarket, mencoba untuk melamar ke tempat tersebut. Namun, tidak ada panggilan test ataupun interview. Lalu suatu ketika kami menemukan info lowongan pekerjaan dari internet menjadi service crew, kasir dan baker di sebuah minimarket yang masih satu group dengan supermarket tempat kami melamar sebelumnya, maka kami pun mulai mempersiapkan lamarannya dan menitipkan lamarannya kepada satpam di sebuah gedung yang merupakan lokasi tempat penitipan lamaran.
Mengikuti persipan test dan mengikuti test
Beberapa hari setelahnya, kami sama-sama mendapatkan SMS panggilan untuk test kerja pada pukul 8 pagi keesokan harinya ke tempat dimana kami menitipkan surat lamaran kerja kepada satpam sebelumnya untuk bekerja di minimarket. Esoknya, kami pun tiba tolong-menolong dengan memakai satu sepeda motor ke tempat tersebut. Setelah hingga pada pukul 8 pagi kurang beberapa menit, kami hingga ditujuan dimana di sana banyak calon pelamar kerja lainnya yang mendapatkan panggilan test. Selain kami para calon pelamar kerja, ada juga calon tenaga kerja yang tinggal menandatangani kontrak kerja. Sehingga kami dipisahkan ke dalam ruangan yang berbeda di area gedung tersebut.
Pada sekitar pukul 9, kami sebagai calon pelamar sudah berada di ruangan khusus test dan interview. Saya, sahabat saya dan juga bersama sekitar 50 calon pelamar kerja lainnya mengikuti syarat mengikuti test. Syarat mengikuti test di tempat itu tidak jauh berbeda dengan persiapan test pada ketika saya melamar ke pabrik (usia minimal 18 tahun dan tinggi tubuh minimal 165 cm untuk laki-laki dan 140 sekian untuk perempuan), hanya saja di tempat itu tidak mempermasalahkan orang yang pernah mengikuti test dan gagal sebelumnya, jadi bagi yang pernah mengikuti test dan gagal sanggup mencoba lagi.
Pada persiapan test, kami berdua lolos dan hanya ada sedikit saja yang tidak lolos. Lalu kami semua pun masuk ke tahap test, dimana terdapat 3 tingkatan. Pada test tingkat pertama, yaitu test psikotes kami semua lolos. Namun, pada tahap ke 2, yaitu test soal matematika, sahabat saya yang memang agak dalam kondisi yang kurang fit atau kutang sehat, gagal dalam test pada tingkat ini diikuti oleh sebagian besar calon pelamar kerja lainnya. Dan sahabat saya pun pergi meninggalkan ruangan test sambil pamit dan memberi tahu saya bahwa ia akan menunggu saya hingga selesai di tempat dimana kendaraan kami di parkir. Lalu test pun berlanjut dan saya pun melanjutkan kembali test dengan perasaan yang agak sedih bersama dengan sekitar belasan orang lainnya yang lolos.
Pada test tingkat ke 3, yaitu menghitung cepat penjumlahan, saya pun berhasil lolos dan dari test itu menyisakan sekitar 10 orang yang lolos. Dan kami semua yang lolos mendapatkan kertas form yang isinya meminta identitas diri kita sebagai calon pelamar sebagaimana pada ketika saya lolos tahapan test di pabrik. Setelah kami semua selesai mengisi form sekitar pukul 12 siang, kami pribadi mengumpulkannya di tempat yang telah ditentukan oleh pihak HRD dan diberi waktu untuk beristirahat sejenak sekitar 45 menit sebelum kita memasuki tahap interview.
Interview kerja
Kemudian, saya pribadi menemui sahabat saya dan memberi tahukan hasilnya dan sahabat saya pun oke untuk tetap menunggu saya hingga selesai, mengingat saya dan sahabat saya hanya memakai 1 kendaraan bersama-sama.
Setelah istirahat berakhir, kami pun kumpul kembali di ruangan test dan interview. Di ruangan itu kami bergantian memasuki ruang khusus interview dan setelah selesai gres kami sanggup pulang. Pada ketika akan akan diinterview dan masih menunggu giliran, detak jantung saya pada ketika itu agak berdetak atau berdegup dengan cepat, menerangkan bahwa saya sedang dalam keadaan grogi. Kemudian, muncullah giliran saya untuk interview.
Saya kemudian masuk ke ruangan khusus interview dan menyapa HRD yang akan menginterview saya dan ia merupakan seorang yang cukup ramah dengan membalas sapaan saya dan mempersilahkan saya untuk duduk. Beliau mulai meminta saya untuk perkenalkan diri saya kepadanya dan menanyakan beberapa macam pertanyaan menyerupai riwayat penyakit, pengalaman kerja dan menanyakan siapkah saya untuk bekerja di luar kota atau kerja di luar batas jam kerja bila ada kemungkinan untuk itu. Maka saya pun menyanggupi aneka macam pertanyaan tersebut dan interview pun selesai. Pada ketika interview selesai, saya pun diminta oleh pihak HRD yang menginterview saya untuk menunggu panggilan persetujuan kerja (tanda tangan kontrak) hingga ada cabang yang kosong untuk saya tempati. Lalu saya pun pulang bersama sahabat saya yang sudah usang menunggu saya, namun setelah di luar gerbang gedung, saya melihat salah seorang lelaki yang tadi mengikuti tahap interview bersama saya dan kami pun saling menyapa kemudian saling bertukar kontak untuk nantinya saling mengabari.
Menunggu panggilan kerja
Hari demi hari telah terlewati bahkan memasuki ahad ke 3, saya masih belum mendapatkan panggilan kerja dari perusahaan yang bergerak di bidang retail tersebut. Saya mulai cemas dan sudah mulai pasrah dan berpikir mungkin tidak akan ada panggilan lagi dan akan berakhir sama menyerupai ketika saya melamar ke pabrik yang dahulu. Lalu, beberapa hari kemudian, sahabat gres yang ketika itu saling bertukar kontak, mengirim pesan via aplikasi yang kami gunakan, isinya menanyakan kabar saya mengenai kabar panggilan kerja dan ia mengabari saya bahwa ia telah mendapatkan panggilan untuk menanda tangani kontrak kerja. Ketika mengetahui kabar itu, maka rasa cemas saya agak menghilang, mengingat bahwa memang mungkin menunggu cabang yang kosong itu memerlukan waktu yang tidak menentu, sehingga saya tetap sabar untuk menunggu panggilan kerja sambil mengisi waktu di rumah untuk beriatirahat sejenak dan sesekali masih mengantar jemput ibu saya untuk bekerja.
Mendapatkan panggilan kerja dan tanda tangan kontrak
Pada sore hari tanggal 28 Desember 2015 terhitung hampir 1 bulan dari waktu saya interview kerja di perusahaan retail tersebut, setelah bangkit dari tidur dan menghidupkan handphon, saya pun mendapatkan pesan dari ibu saya yang isinya agak memarahi saya alasannya ialah saya susah dihubungi, dan tak usang ia pun menelphon dan menyampaikan bahwa HRD dari perusahaan retail tersebut menelphonnya (menghubungi ibu saya) dan menitipkan pesan untuk saya bahwa besok (tanggal 29 Desember 2015) saya diminta menemui ia (HRD tersebut) untuk menanda tangani kontrak kerja pada sekitar pukul 9 pagi dengan membawa materai 6.000. Mendengar hal itu saya pun merasa bahagia dan bersyukur alasannya ialah pada balasannya saya pun benar-benar akan sanggup mencicipi dunia kerja, yah meskipun tidak sesuai dengan harapan, namun saya ingin mengakibatkan pekerjaan ini sebagai kerikil loncatan, mendapatkan pengalaman serta mendapatkan penghasilan sendiri.
Keesokan harinya, saya pun pergi dan membeli materai di perjalanan menuju lokasi. Setelah sampai, saya pun pribadi bergegas dan menanyakan tempat untuk tanda tangan kontrak kerja kepada orang yang berada di sana. Kemudian sampailah saya di tempat tersebut di mana di tempat tersebut sudah ada beberapa orang yang sedang duduk di bangkunya masing-masing (kira-kira sekitar 6 orang) bersama dengan HRD yang sedang mempersiapkan sesuatu dan saya pun pribadi mengambil tempat duduk. Beberapa ketika kemudian HRD di dalam tempat itu pun mulai memperkenalkan diri dan mengajak kami untuk mendengarkan kisahnya dan mendengar pengalaman orang-orang yang pernah dipekerjakan di minimarket yang merupakan milik perusahaan retail tersebut, yang isinya ialah masalah-masalah yang biasa dialami pekerja yang bertujuan untuk memotivasi (mendorong) dan menyakinkan kami untuk kerja dengan baik nantinya dan tidak gampang mengalah atau berhenti kerja apabila mengalami hal-hal yang dirasa berat.
Setelah itu, kami pun diberi lembaran kertas yang di dalamnya berisi aturan-aturan kerja dan persetujuan dari pihak yang memperkerjakan, yaitu HRD kepada pihak pemohon kerja, yaitu saya sebagai pelamar kerja.
Setelah membacanya, kami semua pun diminta untuk menanda tangani lembaran kertas tersebut pada tempat yang sudah tersedia dengan menempelkan materai. Kemudian, kami pun diberitahu di cabang mana kami akan dipekerjakan dan kami semua akan memulai bekerja pada keesokan harinya pada pukul 7 pagi, yaitu pada tanggal 30 agustus 2015. Lalu kami pun diberi name tag (label name) dan surat pengantar kerja dari perusahaan untuk nantinya diberikan kepada kepala toko di tempat di mana kami akan bekerja.
Namun sebelum itu, kami pun diminta untuk segera (hari itu juga) menciptakan kartu ATM yang nantinya akan menjadi tempat untuk kami mendapatkan bayaran atau honor ke sebuah bank yang terletak di samping gedung perusahaan retail tersebut yang memang merupakan bank yang sudah bekerja sama dengan perusahaan tersebut. Lalu kami pun diberi surat permohonan dari perusahaan untuk menciptakan kartu ATM ke bank tersebut dan pribadi pergi menuju lokasi.
Setelah hingga di bank, saya pun pribadi diminta mengisi identitas diri dan hal lain sebagainya oleh pihak bank (costumer service) dan dimintai uang untuk saldo awal dan pembayaran kartu. Setelah itu, jadilah kartu ATM beserta buku tabungannya dan saya bersama sebagian pelamar kerja lainnya pribadi kembali ke tempat di mana kami menanda tangani kontrak kerja dan menemui HRD tadi. Kami pun menyerahkan buku tabungan kami untuk pihak HRD mengcopy atau menduplikat nomor rekening kami untuk nantinya perusahaan mengirimkan bayaran setiap bulannya ke rekening tersebut pada tanggal yang telah ditentukan. Setelah itu, buku tabungan tersebut dikembalikan lagi kepada kami. Setelah selesai, saya pun kembali pulang untuk beristirahat kembali dan mempersiapkan segalanya untuk bekerja besok.
Hari bekerja dan awal mula saya bekerja di sebuah minimarket
Besok paginya (sekitar pukul 6) saya berangkat dari rumah menuju tempat saya akan bekerja, yaitu di salah satu kawasan yang letaknya kira-kira 4 km dari lokasi rumah saya. Namun, pada ketika itu saya belum mengetahui dimana lokasi tempat saya akan bekerja, sehingga saya pergi menuju lokasi berdasarkan apa yang telah dijelaskan oleh HRD pada ketika ia memberitahukan saya di mana saya akan bekerja. Dan pada pukul setengah 7 pagi kurang beberapa menit, saya pun menemukan lokasi tempat saya akan bekerja dengan kondisi tempat yang masih tertutup rapat oleh rolling door. Maka saya pun agak kebingungan dan memutuskan untuk duduk-duduk di halaman tempat tersebut sambil menunggu kepala toko dan yang lainnya datang.
Pada ketika saya sedang asyik duduk-duduk, ada seorang perempuan yang tiba-tiba masuk ke toko tersebut dengan hanya membuka atau menggeserkan rolling door dan kemudian menutupnya kembali. Setelah melihat itu, beberapa ketika kemudian saya pun pribadi mencoba membuka rolling door tersebut dan ternyata rolling door tersebut tidak terkunci, kemudian saya pun masuk sambil melihat situasi kondisi toko yang tidak ada orang. Lalu saya membisu sejenak di dekat pintu masuk di dalam rolling door tersebut alasannya ialah tidak tau harus kemana dan bagaimana. Kemudian keluarlah dari sebuah lorong yang terdapat di toko tersebut dua orang yang merupakan karyawan toko tersebut, yaitu 1 orang lelaki yang merupakan staff atau bawahan kepala toko dan 1 orang lagi seorang perempuan yang merupakan kasir.
Kemudian saya memberitahukan mereka siapa diri saya dan memperlihatkan surat pengantar kerja yang telah saya sanggup dari HRD untuk diberikan kepada kepala toko kepada staff tersebut. Kemudian saya pun dipersilahkan untuk menyiapkan diri saya untuk segera bekerja dan menyimpan segala barang bawaan saya. Saya pun memasuki lorong di mana mereka keluar dari sana dan ternyata lorong yang terdapat di toko tersebut merupakan pintu masuk ke tangga untuk menuju ke lantai 2 toko di mana di lantai 2 ini merupakan tempat penyimpanan (stock) barang penjualan toko dan juga terdapat trey-trey telur (karena memang minimarket tempat saya bekerja itu menjual kebutuhan pokok dan salah satunya ialah telur).
Saya mulai bekerja dengan membuka rolling door, menyapu dan membersihkan area toko, kemudian merapihkan barang pajangan, mengisi barang pajangan yang kosong sesuai isyarat dari staff toko. Kemudian pada sekitar pukul 8 pagi, datanglah supply telur (karena mini market tempat saya bekerja menjual telur juga), sebanyak 25 ikat (1 ikat kisaran 12 kg), kemudian saya pun mengangkat dan membawa telur tersebut ke lantai 2 dibantu oleh staff toko. Setelah itu saya pun kembali mengisi barang yang kosong sambil merapihkan barang pajangan hingga masuk pukul 2 siang kurang benerapa menit. Dimana mulai berdatangan lawan shift atau karyawan toko tersebut yang masuk siang. Pada pukul 2 saya pun heran mengapa tidak ada isyarat untuk istirahat, tetapi saya pun tetap melanjutkan pekerjaan hingga pukul setengah 4 sore dan pribadi bergegas untuk pulang pada jam tersebut.
Hari demi hari saya lalui dengan bekerja di sana, orang-orang yang bekerja di sana pun 1 demi 1 menjadi cukup bersahabat dengan saya dan kita mulai menjadi sahabat dan pekerjaan pun 1 demi 1 mulai saya pahami. Hingga ketika postingan ini di tulis saya pun masih bekerja di sana, meski kini kondisi toko dan lain-lainnya banyak yang berubah. Teman saya pun semakin bertambah alasannya ialah sebagian sahabat saya yang dahulu bekerja, keluar atau resign kerja kemudian digantikan posisinya oleh orang-orang baru. Lalu ada yang keluar kerja lagi dan masuk lagi dan hampir sering terjadi menyerupai itu. Selain itu, beberapa kali toko tempat di mana saya bekerja mendapati pelengkap karyawan atau personil toko alasannya ialah selain toko tersebut mengalami peningkatan penjualan yang cukup signifikan, pekerjaan kami pun menjadi semakin bertambah dengan diadakannya aneka macam macam terobosan gres dalam tehnik penjualan dan juga penambahan barang yang akan dijual dan lain-lainnya, hingga menciptakan kami semua semakin sibuk bekerja dalam mencapai tuntutan perusahaan dalam bekerja.
Akhir kisah
Banyak suka dan sedih yang saya alami di perusahaan tersebut. Entah hingga kapan saya akan bekerja di perusahaan tersebut, yang niscaya saya pun seringkali memikirkan tujuan hidup saya untuk kedepannya. Apakah saya akan berpindah menjadi seorang wirausahawan atau bekerja sambil kuliah ataukah mencari pekerjaan lainnya? Entahlah, saya masih belum menemukan jawabannya hingga postingan ini saya tulis, tetapi saya pun tidak hanya tinggal membisu memikirkan hal tersebut, alasannya ialah saya pun pernah mencoba untuk membuka perjuangan meski pada balasannya harus berhenti.
Hikmah yang Admin dapatkan dari pengalaman setelah lulus sekolah
Banyak pesan tersirat yang sanggup saya ambil dari pengalaman pribadi saya sendiri tersebut yang telah saya jalani, di antaranya adalah:
- Lebih memahami makna hidup yang sesungguhnya, bahwa hidup itu perlu bekerja dan bekerja sanggup merupakan suatu ibadah.
- Menyadari bahwa untuk mendapatkan pekerjaan yang halal dan berkah untuk menghasilkan uang yang cukup itu tidaklah mudah, bahkan sanggup hingga sulit bila tidak dibarengi dengan perjuangan (seperti kerja keras, bertindak dengan penuh semangat, tidak gampang putus asa, berinovasi, kreatif dan lain sebagainya) dan berdo'a kepada yang Maha Kuasa dengan sungguh-sungguh yang diikuti dengan perbuatan atau tabiat yang baik.
- Lebih bersyukur.
- Jumlah sahabat semakin bertambah.
- Mendapatkan uang hasil jeri payah sendiri.
- Mengetahui cukup banyak pengetahuan mengenai dunia kerja dalam bidang retail, khususnya di perusahaan tempat saya bekerja.
- Lebih menghargai perasaan orang yang juga bekerja atau sesama orang yang mencari nafkah.
- Lebih siap menghadapi situasi sulit (di bawah tekanan)/atau suatu kondisi yang berbeda dalam hal masalah teknis pekerjaan dan mencari solusi dari permasalahan tersebut.
- Menjadi pribadi yang lebih ulet ketika menghadapi situasi yang memerlukan tenaga dan pikiran.
- Tubuh aktif bergerak dan seringkali melatih otot tubuh dalam bekerja, sehingga menciptakan fisik tubuh lebih sehat dan berbentuk (lebih atletis).
- Lebih kreatif.
- Lebih percaya diri.
- Lebih lancar berbicara atau berkomunikasi dengan orang lain.
- Jadi terbiasa menjadi sentra perhatian.
- Lebih dewasa.
Pesan
Mencari pekerjaan yang baik dan berkah yang hasilnya berupa rezeki yang halal dan mencukupi memang sedikit sulit pada zaman kini ini, namun hal itu bukan berarti kita harus berputus asa dan mencari pekerjaan yang haram atau mendapatkan takdir begitu saja tanpa perjuangan atau bahkan mengharapkan belas kasihan orang. Selama kita berpegang teguh pada anutan agama yang benar dari Rabb yang Maha Kuasa, berdo'a dan yakin kepada-Nya yang diikuti dengan pikiran positif dan juga senantiasa berusaha untuk mendapatkan pekerjaan yang baik dan berkah, maka hal itu akan mengantarkan kita kepada tujuan baik tersebut. Dengan demikian, tidak ada kata frustasi dalam mencari kebaikan.
Nah, itulah artikel wacana "Pengalaman Mencari Pekerjaan Setelah Lulus Sekolah". Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, mohon maaf. Jika ada kritik, saran maupun hal-hal lainnya, sanggup menghubungi Admin di sajian yang telah tersedia :) Semoga artikel ini bermanfaat dan sanggup membawa imbas yang baik."Gambar di dalam postingan ini diambil dan diperbaharui dari aneka macam sumber, mohon maaf apabila terdapat kesalahan, baik itu maksud dari isi postingan ini atau kesalahan apapun. Bijaklah dan selalu mencar ilmu untuk mengambil sisi positifnya ya sob!"
Kata kunci terkait pada artikel ini:
Kisah aktual dalam mencari kerja setelah lulus dari SMK