Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cara Menasehati Anak Dengan Baik Dan Benar

Cara Menasihati Anak Secara Baik Dan Benar Cara Menasehati Anak Dengan Baik Dan Benar
- Menasehati anak dengan secara baik dan benar akan mengakibatkan nasehat yang diberikan kepada sang anak didengar dan dituruti atau dipatuhi olehnya, sehingga nasehat itu akan menjadi efektif dan sempurna sasaran. Nasehat memang sangat penting dalam upaya orang renta mendidik anak. Namun, ada cara-cara tertentu yang bisa mengakibatkan nasehat itu bisa efektif dan berhasil. Ibarat obat, memang bisa menyembuhkan penyakit bila diberikan pada waktu yang sempurna dan dengan takaran atau kadar yang sempurna pula sesuai petunjuk ahlinya (dokter). Sebaliknya, jikalau obat dikonsumsi sembarangan atau tanpa aturan, maka fungsinya bisa bermetamorfosis racun yang justru malah membawa penyakit baru.

Nah, untuk membuat nasehat kita menjadi efektif dan tidak dihiraukan oleh sang anak atau hanya didengar sementara (istilahnya masuk indera pendengaran kanan keluar indera pendengaran kiri), perlu mengatasinya dengan poin-poin penting, sebagai berikut.

Padamkan emosinya dan tunggu hingga suana anak normal kembali


Jika pemadan kebakaran telah berada di rumah yang terbakar, akan tetapi ia sibuk memberi pesan yang tersirat biar mematikan kompor biar tidak meledak ketika pemilik rumah meninggalkan rumah, maka ia akan terlambat memadamkan api dan kebakaran pun bisa jadi sudah merambat ke rumah-rumah lain. Jadi, hal terpenting bagi pemadam kebakaran bukanlah memperlihatkan pesan yang tersirat dengan berkomentar, akan tetapi tindakan menyemprotkan air biar api padam terlebih dahulu. Dengan demikian, ada beberapa poin yang harus diperhatikan jikalau orang renta ingin nasihatnya menjadi efektif ketika sang anak sedang dalam kondisi yang tidak normal.

Memberikan pesan yang tersirat di ketika suasana hati anak sedang marah, resah ataupun gelisah merupakan pantangan. Anak hanya akan merasa sakit hati lantaran merasa dipojokkan. Akibatnya, bukan hanya pesan yang tersirat menjadi tak berguna, melainkan tumbuh perasaan benci pada diri anak kepada orang tuanya. Oleh lantaran itu, apabila sang anak sedang tidak stabil menyerupai dalam kondisi tersebut, maka orang renta jangan dulu memperlihatkan nasihat, namun redakan terlebih dahulu emosinya dengan sikap empati (menciptakan impian untuk membantu atau memperlihatkan pemberian pribadi kepada anak dan mengetahui apa yang anak rasakan dan pikirkan). Dengan demikian, maka sang anak akan berterima kasih atas sikap tenggang rasa yang diberikan oleh orang tuanya dan juga hal tersebut bisa menumbuhkan niat untuk tidak mengulangi perbuatannya lagi dalam diri sang anak.

Pilih suasana hati gembira

Ketika ada sesuatu yang salah dengan sang anak, maka simpan dulu pesan yang tersirat yang ingin diberikan hingga suasana hati anak menjadi hening dan bangga kembali. Jika tidak mendapat intervensi (tindakan campur tangan) dari orang tua, anak gotong royong memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola perasaan. Misalnya, anak ketika ini sedang murka terhadap temannya, sebentar kemudian mereka berbaikan kembali tanpa ada dendam. Mungkin kini anak sedang menangis lantaran kehilangan buku, beberapa menit berikutnya sudah tertawa lantaran sudah menemukan bukunya tersebut.

Pilihan bagi orang renta bukannya dengan memperlihatkan intervensi berupa nasihat-nasihat yang semakin menambah kejengkelan anak, melainkan membantu anak untuk segera mengubah suasana hati yang jelek menjadi bangga kembali. Salah satunya yaitu dengan memperlihatkan tenggang rasa dengan mencari jalan keluar (solusi) dari kasus yang di hadapi sang anak.

Jadi, orang renta perlu membuatkan kepekaannya dalam mencermati suasana hati anak. Ketika mereka tampak sedang bergembira, maka dekati dan susun taktik untuk masuk pada pembicaraan yang dikehendaki. Dalam suasana menyerupai ini, anak bisa diingatkan akan kesalahan-kesalahan yang gres saja dilakukannya, tanpa membuatnya merasa dipojokkan. Pada ketika anak sedang bermain, menonton televisi, pulang sekolah, atau sehabis usai mandi sore mungkin bisa menjadi alternatif waktu-waktu yang menggembirakan bagi sang anak.

Jangan terlalu sering

Orang renta hendaknya tidak terlalu sering memperlihatkan pesan yang tersirat lantaran akan membuat anak bosan dan kebal mendengarkannya. Jika sedang tidak ada waktu yang tepat, maka orang renta lebih baik membisu dan tahan terlebih dahulu. Satu macam pesan yang tersirat yang sudah disampaikan berkali-kali di waktu yang kurang efektif akan lewat begitu saja. Akan tetapi, satu pesan yang tersirat dengan waktu yang sempurna akan masuk dengan sempurna di hati sang anak.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun menganjurkan biar kita berhemat dalam memperlihatkan nasihat. Beliau mencontohkan, hanya sepekan (1 minggu) sekali memperlihatkan ceramah kepada para sahabat lantaran khawatir mereka menjadi jemu. Dalam hadits, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berpesan: "Sesungguhnya, panjangnya sembahyang seseorang dan singkatnya khutbah itu mengambarkan pengertian dalam agamanya. Maka, panjangkan sembahyangmu dan singkatkan khutbahmu, panjang (lama) lantaran khusyuk dalam sembahyang." (Hadits riwayat Muslim)

Bicara melalui kisah atau cerita

Orang renta bisa memperlihatkan kisah melalui tokoh yang baik dan teladan bagi orang-orang atau bisa mengarang kisah sendiri. Misalnya, anda ingin memberi pesan yang tersirat biar anak menghilangkan kebiasaannya mengganggu temannya. Anda bisa membuat seorang tokoh, baik mengambil dari tokoh film yang baik dan merupakan kesukaan sang anak, rekaan (buatan), atau seorang panutan yang benar faktual dan anak mengenalnya. Anda bisa mulai merangkai kisah sesuai dengan tema dan tujuan yang diinginkan. Melalui kreativitas cerita, anak disadarkan akan kesalahannya tanpa merasa disalahkan. Mereka merasa akan bercermin pasa kisah-kisah yang diceritakan orang tua. Kemudian, mereka belakang layar akan membandingkan dengan perilakunya sendiri, bahkan mengubah perilakunya.

Membiasakan bercerita sebelum tidur meskipun hanya lima menit yaitu harta yang sangat berharga bagi orang tua. Sungguh, ini merupakan kesempatan emas untuk memperlihatkan pesan yang tersirat dengan efektif. Ada ratusan, bahkan ribuan abjad teladan yang bisa diceritakan, baik kisah faktual para Nabi dan Rasul Allah beserta para sahabatnya maupun kisah fiksi dan fabel (tokoh binatang). Keasyikan menikmati jalannya kisah sekaligus akan memasukkan nilai-nilai yang dikandungnya ke dalam lubuk hati anak yang paling dalam. Dengan demikian, maka orang renta yang belum sempat menumbuhkan kebiasaan ini justru bisa sangat rugi.

Sebatas kemampuan anak

Orang tua hendaknya tidak memberi pesan yang tersirat wacana sesuatu yang masih berada di luar jangkauan kemampuan anak. Menasihati anak biar tidak rewel ketika diajak mengikuti program pengajian (misalnya) belum tentu efektif. Orang renta perlu meneliti ulang sejauh mana bawah umur bisa duduk, diam, dan rapi sepanjang acara. Bukankah berlari dan bermain yaitu dunia mereka? Kalau orang renta masih mengharap mereka bisa lebih usang duduk tenang, mungkin orang renta perlu membawa makanan kesukaan, buku-buku dan mainan bawah umur (tertentu) yang bisa dipergunakan di daerah tersebut. Orang renta akan percuma saja menyampaikan kepada anak yang rewel, "Sudah jangan nangis, aib dilihat orang. Tadi janjinya ikut ngaji nggak akan nangis, kan?" Padahal, anak gotong royong sudah bosan berada di dalam ruangan yang mungkin panas dan penuh dengan orang-orang dewasa, tanpa boleh banyak bergerak. Hal tersebut berarti orang renta memperlihatkan pesan yang tersirat di luar kemampuan masuk akal anak-anak.

Menasihati anak supaya tidak berlari, sementara di hadapannya terbentang lapangan luas di mana bawah umur usia sebayanya bebas berlarian kesana-kemari. Atau menasihati anak biar tidak jajan, sementara teman-temannya bebas jajan di depan matanya, bahkan sengaja memamerkan jajanan mereka di depannya. Jika demikian, mampukah anak memendam keinginannya begitu saja? Dalam kondisi-kondisi menyerupai ini, orang renta sebaiknya tidak memperlihatkan pesan yang tersirat apa yang sekiranya tak sesuai dengan kemampuan sang anak.

Kembali kepada Al-Qur'an dan Hadits

Sesungguhnya, di dalam Al-Qur'an dan Hadits terdapat begitu banyak nilai-nilai teladan yang harus disampaikan kepada anak-anak. Bahkan, setiap duduk masalah hidup ini sanggup dicarikan landasan ayat Al-Qur'an dan Hadits sebagai pedoman untuk menyelesaikannya.

Orang renta semestinya meluangkan waktu khusus setiap hari untuk membuat program pembahasan mengenai ayat Al-Qur'an dan Hadits. Misalnya, digabungkan dengan ketika bercerita menjelang tidur atau program khusus usai shalat maghrib berjamaah. Kebiasaan ini akan menumbuhkan kecintaan anak kepada Al-Qur'an dan Hadits dan memupuk kepatuhan mereka. Suatu saat, jikalau mereka khilaf melaksanakan kesalahan, maka orang renta bisa mengingatkan hanya dengan membaca ayat Al-Qur'an atau hadits. Dengan demikian, (insya Allah) cari ini akan membuat mereka cepat tanggap.
Nah, itulah artikel wacana "Cara Menasehati Anak Dengan Baik Dan Benar". Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, mohon maaf. Jika ada kritik, saran maupun hal-hal lainnya, bisa menghubungi Admin di sajian yang telah tersedia :) Semoga artikel ini bermanfaat dan bisa membawa imbas yang baik. Wallahu a'lam bisshawab
"Gambar dan isi goresan pena di dalam postingan ini diambil dan diperbaharui dari banyak sekali sumber, mohon maaf apabila terdapat kesalahan, baik itu maksud dari isi postingan ini atau kesalahan apapun. Bijaklah dan selalu mencar ilmu untuk mengambil sisi positifnya ya sob!"

Kata kunci terkait pada artikel ini:

Tips biar pesan yang tersirat kepada anak dipatuhi dan tidak sia-sia